Di berbeda pihak, oknum arkeolog Belanda, J.L.A.Brandes, berpendapat bahwasanya kebiasaan seni batik itu ialah halal dari daerah Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Daerah-daerah tersebut terabadikan semacam wilayah yang tidak dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi dikenal sama dengan wilayah yang mempunyai hukum adat konservatif membangun batik.
Selain itu, G.P.Rouffaer menyatakan bahwa pola batik gringsing ternyata telah dikenal sejak masa ke-12 di wilayah Kediri, Jawa Timur. Dari bukti tersebut, maka orang itu menyimpulkan bahwa format sejenis ini cuma dapat dibuat dengan memakai alat, yang kelak diberi nama canting. Jadi, manusia ini juga menyimpulkan bahwa generator canting tersebut ditemukan di Jawa didalam disaat itu.
Pola batik ditemukan pada arca dewi kebijaksanaan budhis dari Jawa Timur, yakni Prajnaparamita yang memasang kain yang detil ukirannya menyerupai format batik, dalam era ke-13.
Detil blus tersebut mempertontonkan format sulur pohon ataupun bunga-bunga yang rumit yang mirip dengan pola batik kolot Jawa yang selalu saja dijumpai pada batik yang sekarang.
Hal tersebut mengkodekan bahwa batik dengan struktur yang sulit dapat dibentuk dengan canting telah dikenal di Jawa sejak kala ke-13 atau bisa saja dikenal sebelum kurun itu.
Seiring dengan perkembangan zaman, batik mempunyai banyak formasi maupun cara pembuatannya pun beraneka ragam. Industrialisasi dan globalisasi memperkenalkan operandi membatik modern, diantaranya batik cap serta batik cetak.
Akan tetapi, batik tulis, yakni batik ortodoks yang diproduksi dengan operandi tulisan lengan mengenakan canting masih muncul bahkan sekarang, hingga harganya relatif lebih mahal dibandingkan dengan batik cap maupun batik cetak.
Kain batik awalnya diproduksi dengan ditulis, semacam menggambar atau melukis di atas kanvas. Batik yang ditulis dinamakan batik tulis. ciri etika konservatif secara turun-temurun dari leluhur maupun mampu bertahan bahkan sekarang.
Saat ini, kain batik kurang cuman dibuat dengan ditulis saja, sudah dibuat dengan proses pencetakan. Batik yang pembuatannya dicetak, terbilang dengan batik cetak. biaya batik tulis dipastikan lebih tidak murah bila ditimbang dengan batik cetak ganjaran prosesnya lebih tradisional serta dikerjakan dengan giat oleh perajin kain batik.
Kain batik bukanlah pandangan hidup kepunyaan satu wilayah saja, karena beberapa kawasan di Indonesia memilikinya. Coraklah yang membedakan antara batik Solo dengan batik Pekalongan atau batik Cirebonan, atau batik mana pun. namun memang, normalnya sosok kebiasaan yang satu ini berkembang dan tetap kite-kite temui di pulau Jawa.